Wednesday, September 25, 2013

FISIOLOGI KARDIOVASKULER

Bunyi jantung

      Bunyi jantung terjadi karena adanya penutupan katup-katup jantung. Katup jantung terbagi menjadi katup atrioventrikular, katup aorta dan katup semilunaris. Katup Atrioventrikular terdapat pada bagian kanan jantung dan kiri jantung, katup yang sebelah kanan jantung (antara Atrium kanan dan ventrikel kanan) disebut katup trikuspidalis karena memiliki 3 daun katup dan yang sebelah kiri (antara Atrium kiri dan ventrikel kiri) disebut katup mitralis atau bikuspidalis karena memiliki 2 daun katup.

                                Gambar katup-katup jantung

        Penutupan katup Atrioventrikularis menimbulkan bunyi jantung pertama yang sering disebut bunyi jantung S1. Bunyi jantung pertama (S1) mempunyai karakteristik bunyi “LUB”, nada rendah dan terdengar jelas di daerah Apeks jantung. Bagian apeks ini merupakan bagian dari ujung jantung yang normal terdapat di Linea Midklavikula sinistra setinggi interkosta ke 4 atau ke 5.
      Penutupan katup semilunaris pulmonal dan katup aorta menimbulkan bunyi jantung kedua, yang disebut bunyi jantung S2, bunyi jantung S2 mempunyai karakteristik bunyi “DUP” dan nadanya agak tinggi. Terdengar jelas setinggi interkosta ke 2 di linea sternalis dextra (kanan) untuk mendengar S2 aorta dan linea sternalis sinistra untuk mendengar S2 pulmonal.
     Katup atrioventrikularis berfungsi mencegah darah mengalir balik dari ventrikel ke atrium ketika jantung memompa darah (prose sistole) dan katup semilunaris (aorta dan Pulmonalis) mencegah baliknya darah dari aorta dan  arteri pulmonal kedalam ventrikel selama diastole.

     Kerja katup jantung menutup dan membuka secara pasif. Katup semilunaris akan menutup oleh tekanan yang terjadi akibat volume darah yang mengisi atrium meningkat >>tekanan intra atrium sehingga tekanan balik ke arah pembuluh darah yang diakhiri penutupan katup semilunaris. Setelah katup semulunaris menutup maka tekanan intra atriumyang tinggi akan mendorong katup atrioventrikular sehingga katup terbuka. Lalu darah dari atrium akan mengalir kedalam ventrikel sehingga menyebabkan tekanan intraventrikular, kemudian akan  menimbulkan tekanan balik ke arah atrium dan diakhiri penutupan katup atrioventrikularis.

Tuesday, March 12, 2013

Gawat darurat

Pahami Resusitasi Jantung Paru : Selamatkan Nyawa

 



Kita sering medengar berita di layar kaca dipenuhi oleh kronologi kematian mendadak tokoh selebriti setelah kelelahan bermain sepak bola. Masyarakat seolah tidak percaya, bagaimana seorang figur publik dalam usianya yang relatif muda tiba-tiba harus pergi meninggalkan seorang istri cantik dan karirnya yang tengah melambung untuk selama-lamanya. Sampai kurang lebih 1 bulan setelah kejadian itu,unit gawat darurat Pusat Jantung Nasional penuh sesak oleh antrian pasien baik tua maupun muda,yang tiba-tiba meningkat awareness-nya akan bahaya serangan jantung. Jumlah pendaftar per harinya mencapai tiga kali lipat jumlah kunjungan biasanya, bahkan mereka rela membayar lebih mahal untuk pelayanan di luar jam poliklinik rawat jalan untuk mendapatkan jawaban: “Apakah saya punya penyakit jantung?” Begitu kewalahan dokter jaga menanggapi situasi ini, dan di kalangan kami muncul istilah baru untuk fenomena ajaib ini: Adjie Massaid Syndrome.
Serangan jantung bisa datang kapan saja, dimana saja, terhadap siapa saja, termasuk orang-orang yang anda kasihi. Dasarnya adalah penyakit jantung koroner, dimana selama bertahun-tahun terbentuk plak  pada lapisan dalam pembuluh darah jantung (aterosklerosis). Sedikit demi sedikit saluran pembuluh menyempit, akibatnya aliran darah yang membawa oksigen serta nutrisi ke otot jantung terganggu sebagian, kadang bermanifestasi sebagai nyeri dada saat aktivitas (angina). Bagaikan bisul, sunyi tapi ganas, plak koroner dapat pecah kapan saja saat matang. Bedanya, nanah dari jerawat dapat segera anda seka dengan tisu, tapi bekuan darah serta serpihan plak koroner dapat dengan segera menyumbat total pembuluh tersebut  mematikan otot jantung yang kekurangan suplai darah; inilah serangan jantung itu. Sebagai pembunuh nomor satu, prestasi serangan jantung cukup menakutkan: setiap 2 menit di dunia ada satu orang yang meninggal karenanya dan 45% terjadi pada usia kurang dari 65 tahun.
Salah satu komplikasi dari serangan jantung adalah henti jantung (cardiac arrest), dimana jantung kehilangan fungsinya sebagai pompa sehingga darah sebagai pembawa oksigen tidak lagi bersirkulasi ke seluruh tubuh. Penderita menjadi hilang kesadaran, karena kurangnya aliran darah ke otak dan pasien juga berhenti bernafas. Sel-sel otak hanya sanggup bertahan 4-6 menit saja tanpa oksigen dari darah sebelum mengalami kerusakan permanen, yang akan semakin luas seiring tempo hilangnya sirkulasi. Dari 1,5 juta kejadian serangan jantung tiap tahun, sekitar 350.000 diantaranya meninggal sebelum sampai ke rumah sakit. Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah pertolongan pertama yang bisa anda berikan sebagai orang awam terdekat yang menyaksikan kejadian henti jantung, sebelum tenaga medis tiba. Faktanya, 70% dari kejadian kegawatan jantung terjadi di rumah, saat ada kerabat dekat di sekitarnya. American Heart Association memperkirakan 100.000-200.000 nyawa dapat diselamatkan tiap tahunnya apabila RJP dilakukan sedini mungkin.
Baca terus sampai selesai artikel ini, karena 10-15 menit yang anda pakai untuk meresapi paparan teknik RJP berikut, mungkin adalah perbedaan tipis antara hidup dan mati seseorang. Anda adalah bagian dari rantai keselamatan (chain of survival) dan perpanjangan tangan kami, tenaga medis.

1.  Amankan kondisi sekitar
  • Bila anda menemukan seseorang tidak sadar, perhatikan keadaan sekitar, adakah sumber bahaya yang dapat mencederai pasien maupun anda sebagai penolong seperti kabel listrik, kebakaran atau kendaraan yang lalu lalang.
  • Kalau sumber bahaya ini tidak dapat dikendalikan, pindahkan pasien ke lokasi aman dan sebisanya bertanah datar
2.  Periksa kesadaran pasien
  • Panggil pasien dengan suara keras dan jelas : “Bapak/Ibu, anda tidak apa-apa?” sambil menepuk atau menggoyang pundak pasien.
  • Apabila tidak ada respon dari pasien, artinya pasien benar-benar tidak sadar
3. Panggil bantuan
Langkah berikutnya segera memanggil bantuan. Bila ada orang lain disana mintalah mereka untuk melakukannya supaya anda bisa segera kembali ke pasien. Telepon ambulans di nomor 118 atau rumah sakit terdekat untuk meminta dukungan medis. Biasanya anda akan mendapat panduan dari operator.

Cek nadi di pembuluh darah leher (kiri) atau pembuluh darah pergelangan tangan (kanan)
4.  Cek nadi pasien
  • Pemeriksaan nadi harus dilakukan dengan cepat, tidak melebihi 10 detik dengan menggunakan dua jari.
  • Lokasi nadi yang dapat diraba antara lain di pembuluh nadi leher (karotis), terletak di samping kiri dan kanan jakun. Pembuluh ini berukuran lebih besar dan lebih dekat dengan jantung dibandingkan pembuluh darah di pergelangan tangan (radialis), sehingga lebih mudah dirasakan.
  • Bila nadi tidak berdenyut, segera mulai Resusitasi Jantung Paru (RJP)
 5.  Lakukan RJP dengan mengingat singkatan “C-A-B”
  • C-A-B adalah kependekan dari Chest Compression (tekanan pada dada) – Airway (pembebasan jalan nafas) – Breathing (meniupkan bantuan nafas buatan)
  • Rekomendasi ini dibuat oleh American Heart Association tahun 2010 berdasarkan beberapa penelitian mutakhir yang menunjukkan bahwa prioritas terhadap kompresi dada yang lebih cepat dan lebih kuat mampu menyelamatkan lebih banyak nyawa, tanpa menunda terlalu lama pemberian nafas buatan.
C : Compression
  • Letakkan tangan anda, satu diatas yang lain pada sternum yaitu bagian tengah tulang dada, kira-kira diantara kedua puting.

    Lokasi kompresi
  • Berikan tekanan pada dada kurang lebih sedalam 2 inci (5 cm), dengan lengan lurus tanpa menekukkan siku
  • Lakukan 30 kali tekanan dengan kecepatan 100x/menit (artinya satu tekanan kurang lebih 1,5 detik). Tetap berikan waktu rongga dada untuk membal kembali ke posisi semula diantara tiap tekanan yang diberikan agar jantung mendapat kesempatan untuk terisi darah kembali.
  • Satu siklus kompresi yang terdiri dari 30 kali tekanan dada hanya memerlukan waktu 18 detik saja.
  • Bila ada interupsi atau ingin bergantian untuk melakukan kompresi, jeda waktunya jangan melebihi 10 detik.
  • Saat melakukan RJP, perhatikan posisi poros lutut anda jangan terlalu jauh dari tubuh pasien agar anda tidak mudah lelah.
A : Airway
  • Perhatikan daerah dalam mulut pasien, bila ada sisa makanan atau benda asing yang menghalangi, bebaskan jalan nafas memakai jari dengan gerakan mengorek keluar. Hati-hati jangan sampai semakin terdorong ke dalam.

    Selalu periksa jalan napas, apakah ada yang menghalangi atau tidak
  • Lakukan manuver head tilt-chin lift untuk melapangkan jalan nafas. Caranya dengan mendongakkan dahi ke belakang dengan satu tangan, dan mengangkat dagu ke atas dengan dua jari tangan lainnya. Bila anda curiga ada cedera leher, kerjakan dengan perlahan tanpa manipulasi berlebihan pada leher.

Cara memberikan bantuan nafas
  • Pindahkan tangan yang tadinya di dahi pasien untuk menjepit hidungnya, sementara dua jari tangan lain tetap mengangkat dagu pasien.
  • Tarik nafas dan hembuskan perlahan nafas buatan ke mulut pasien selama 1 detik. Bila tiupan terlalu kuat, kadang-kadang udara bisa meleset masuk ke lambung. Karena itu sambil meniup biarkan mata melirik ke dada, apakah mengembang naik atau tidak seiring masuknya udara ke paru-paru.
  • Pastikan mulut anda menempel rapat ke mulut pasien sehingga udara yang diberikan efektif & tidak bocor keluar lagi.
  • Bila nafas buatan belum masuk dengan benar, posisikan kepala kembali dan ulangi. Apabila sudah masuk maka nafas buatan diberikan sekali lagi, sehingga totalnya adalah dua hembusan efektif.
6. Lanjutkan RJP : Ulangi siklus pemberian 30 kompresi dada + 2 nafas buatan
  • RJP harus dilakukan setidaknya selama 2 menit (5 siklus kompresi + nafas buatan) sebelum memeriksa kembali denyut nadi.
  • Lanjutkan RJP hingga : ada orang lain yang menggantikan anda, tenaga medis datang, atau kembalinya tanda-tanda kehidupan (denyut nadi/gerakan nafas)
  • Bila anda terlalu lelah untuk melanjutkan berhentilah untuk istirahat sejenak jangan sampai justru anda yang akhirnya butuh pertolongan.
 7.  Posisi pemulihan bila RJP berhasil
  • Bila RJP berhasil dimana nadi dan nafas spontan sudah nyata, maka pasien diberikan posisi pemulihan untuk mencegah tersedak bila pasien tiba-tiba muntah.
  • Caranya letakkan lengan pasien yang terdekat dengan anda terlentang dengan telapak menghadap ke atas. Lalu, letakkan tangan lainnya diatas dada. Angkat lutut pasien yang terjauh sehingga kaki pasien menekuk dan telapak kaki menjejak lantai. Tarik lutut pasien ke arah anda sehingga pasien akan terguling ke sisi. Kemudian, tarik telapak tangan yang tadi diatas dada ke bawah kepala sebagai bantalan, sehingga telapak tangan yang bersentuhan dengan lantai dan kepala tersanggah oleh punggung tangan.


Posisi pemulihan
Bagaimana? Sederhana bukan, tetapi mungkin anda baru akan faham sepenuhnya setelah mencoba mempraktekkannya sendiri atau berlatih dengan manekin. RJP tidak disarankan untuk diterapkan pada pasien yang masih bernafas atau nadi masih berdenyut karena justru jantung bisa berhenti karenanya.

Apabila merasa masih kurang mahir, anda dapat mengikuti kursus atau pelatihan yang secara berkala diadakan oleh pusat-pusat kesehatan.
Yang pertama harus diingat adalah jangan panik dan lakukan saja RJP secepat mungkin apabila saatnya tiba tanpa ragu. Lebih baik anda melakukannya walaupun tidak sempurna daripada tidak melakukannya sama sekali. Sekitar 30% dari pasien yang menerima RJP, mengalami patah tulang dada, terutama manula. Namun, apalah artinya retak satu dua iga dibanding nyawa yang tak tergantikan sekali direnggut oleh dewa maut.
Akhir kata saya ucapkan: Selamat ! Hari ini anda sudah belajar satu hal menarik: bagaimana membantu menyelamatkan nyawa manusia.
Referensi :
  1. 2010 Handbook of Emergency Cardiovascular Care for Healthcare Providers. American Heart Association
  2. Travers AH, Rea TD, Bobrow BJ, Edelson DP, Berg RA, Sayre MR, Berg MD, Chameides L, O’Connor RE, Swor RA. Part 4: CPR overview: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.Circulation. 2010; 122 (suppl 3): S676-S684
  3. Berg RA, Hemphill R, Abella BS, et al. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(18)(suppl 3):S685-S705 
Sumber :
 http://www.tanyadok.com/kesehatan/pahami-resusitasi-jantung-paru-anda-selamatkan-satu-nyawa

BY  Alexander Edo Tondas, dr., Sp.JP

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita

Monday, March 11, 2013


Bantuan hidup dasar

      Usaha yang dilakukan untuk memepertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaaan yang mengancam nyawa dikenal sebagai  “Bantuan hidup” (life Support)
        Jika bantuan hidup ini dilakukan tanpa pemberian cairan intravena atau kejutan listrik disebut   
“Bantuan Hidup Dasar”
      Keterlambatan >>> 1 menit  kemungkinan    berhasil  98 dari 100  >>> 4 menit 50 dari 100  
 >>>>  4 menit 50 dari 100>>>> 10  menit 1 dari 100.

Umum       
     jalan nafas dimulai dari mulut dan hidung, ke farink lalu larink (tempat pita suara) dan trakhea.pada      peralihan antara farink & larink ada tonjolan di belakang lidah yg dikenal dengan epiglotisdan merupakan patokan yg penting dalam melakukan intubasi.  

 
 
 Obstruksi jalan nafas
     Obstruksi jalan nafas merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat daripada gangguan breathing dan circulation.Dan perbaikan breathing tdk mungkin dilakukan bila tdk ada airway yg paten. 

Obstruksi total
      Obstruksi total Bisa ditemukan pada pasien yg sadar atau tidak sadar.biasanya karena benda asing yg tertelan dan menyumbat dipangkal larinks.Bila obstruksi total timbul secara perlahan (insidious) maka akan berawal pada obstruksi partial kemudian menjadi total.
membebaskan sumbatan jalan nafas
       Kurang pertukaran udara menyebabkan pasien mengalami kesulitan bernafas seperti batuk yg tdk bersuara, sianosis atau tidak dpt bersuara atau bernafas. Penderita tampak memegang leher yg menampakkan tanda umum pasien tersedak. 
         Pada sumbatan jalan nafas lakukan helmich manuver pada penderita sampai benda asing keluar, pada penderita dengan obesitas dan kehamilan lakukan chest thrust. Hubungi sistem pengaman gawat darurat terpadu Lakukan pula abdominal thrust jika penderita jatuh tidak sadar.  Bila terlihat benda asing lakukan sapuan jari (finger sweab)
 membebaskan jalan nafas pada anak dan bayi
       Jika sumbatan terjadi ringan jangan melakukan apapun biarkan penderita berusaha utk membersihkan jalan nafas sendiri dengan batuk sementara anda mengobservasi tanda2  FBAO (Foreign Body Airway Obstruction) yg berat. Lakukan helmich manuver sampai bendanya keluar.
         Utk bayi lakukan back blows 5x diikuti dengan chest thrust 5 x kali sampai benda asing keluar atau penderita jatuh tidak sadar. Tidak direkomendasikan melakukan abdominal thrust krn dapat merusak organ dalam seperti hati.
 Obstruksi partial 
   . Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung) menimbulkan suara gurgling dalam hal ini perlu dilakukkan penghisapan “slijmzuigen” suction.
   . Pangkal lidah jatuh kebelakang (bunyi Snoring) krn tdk sadar atau patahnya tulang rahang bilateral. Perbaiki dengan manual atau dengan alat airwaynya.
   . Penyempitan larink atau trakea krn oedem berbagai hal seperti luka bakar radang dan sebagainya. Timbula suara Crowing atau stridor keadaan ini dapat diatasi diperbaiki dengan airway distal dari sumbatan misalnya dgn tracheostomi.
Buka jalan nafas
 Dengan cara head tilt, chin lift atau jaw thrust (diduga ada fraktur cervikal). 
         Jalan nafas sementara.
       Opha>>>oropharyngeal.
 NPA>>> nasopharingeal utk pasien  fraktur basis cranii tdk boleh dipsg, boleh dilakukan oleh dokter dgn memakai sylet/mandrin, pnjang tube diukur dari cuping hidung sampai cuping teliga sedang besarnya diukur dengan menyamakan jari kelingking penderita. 
Jalan nafas definitive
      Nasotrakheal airway, Orotrakheal airway,|Cricothyroidotomy dan tracheostomy semua merupakan pengelolaan jalan nafas definitive dan tidak termasuk bantuan hidup dasar.


        
BTCLS 



 


Wednesday, January 9, 2013

Letto - Sebelum Cahaya

Friday, January 4, 2013

SHARE SEDIKIT SAJA.

AKU BERBAGI DAN PERLU ANDA KETAHUI.
1. Rumus Tetesan Cairan infus

Terkadang sebagai perawat, menghitung tetesan perawat lebih sering dilakukan dengan ilmu kirologi, walaupun ada beberapa yang tepat, namun tak banyak juga yang benar-benar meleset jauh, karena kondisi pasien tak bisa semua modal kirologi, beberapa penyakit gagal organ akan sangat berdampak buruk akibat kelebihn cairan yang kita berikan. Sambil mereview lagi, mari kita hitung rumus tetesan infus
Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu, maka rumusnya adalah:
Tetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60)
Misal: seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam, maka jumlah tetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000 / 240 = 41,7 = 42 tetes/menit.
Dan untuk rumus lama infuse tinggal dibalik saja.
Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut:
Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)
Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60)

2. Rumus Rumpleed test
Rumpleed test biasanya dilakukan untuk mengetahui tanda gejala awal adanya ptekee (bintik merah pada penderita DBD), pte
kee muncul akibat pecahnya pembuluh darah kapiler, sehingga pada fase awal tidak akan langsung muncul, oleh karena itu tujuan rumpled test adalah untuk mengetahui lebih awal adanya ptekee. Rumus yang dipakai adalah (Sistole + Diastole) / 2, lalu tahan 5 – 10 menit. jika terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka dikatakan rumpled test positif, jika kurang maka disebut rumpled test negative. Misal kita melakukan tensi darah hasilnya 120/80 mmHg (systole : 120, Diastole: 80), maka (120 + 80)/2 = 100 mmHg, maka kita pompa hingga alat tensi darah menunjukkan angka 100 mmHg, kita tutup tepat di angka 100 dan tahan selama 5 – 10 menit, lepaskan baru kita hitung jumlah bintik merahnya. Rumpleed test merupakan uji awal adanya gangguan trombosit pada penderita DBD, namun bukanlah hal untuk menegakkan diagnose DBD.

3. Rumus Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:
Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg maka dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari. Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, missal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari

Semoga bermanfaat >>

Saturday, September 22, 2012


Thursday, January 19, 2012

PRINSIP DASAR EKG

Jantung merupakan organ tubuh yg unik yg memiliki muatan listrik, dan kegiatan listrik jantung dlm tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda2 yang dipasang pada permukaan tubuh.
Grafik yg tercatat melalui rekaman ini di sebut EKG dan ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung disebut elektrokardiografi.

Kertas EKG
kertas EKG merupakan kertas grafik yg terdiri dari garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1mm dan setiap 5 mm pada kertas akan tebal. Garis horizontal >> waktu dimana 1 mm = 0,04 det. Garis vertikal >> voltase/amplitude dimana 1 mm= 0,1 milivolt dan 10 mm = 1 mv. Perekaman EKG dibuat dengan kecepatan 25 mm/det. Dan kali berasi biasanya dilakukan dengan 1 milivolt yg menghasilkan defleksi setinggi 10 mm.

SADAPAN EKG
SADAPAN UNIPOLAR
Sadapan 1 dihasilkan dari perbedaan potensial antara RA yg bermuatan negatif dan LA yg bermuatan positif. Sudut yd dihasilkan 0º menuju lateral. Sadapan II dihasilkan perbedaan potensial antara RA yg bermuatan negatif dan LF yg bermuatan positif. Sudut yg dihasilkan 60º menuju inferior / bawah. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan potensial antara LA yg bermuatan negatif dan RF yang bermuatan positif. Sudut yg dihasilkan 120º menuju inferior/bawah.

SADAPAN UNIPOLAR EXTERMITAS
Sadapan aVL (augmented voltage Left Arm) dihasilkan dri muatan LA listrik (+) dengan RA dan LF yg dibuat indiferrent sehingga listrik bergerak ke arah ̶ 30º sehingga sudutnya kearah lateral kiri. Sadapan aVF dihasilkan perbedaan LF yg dibuat bermuatan (+) dengan RA dan FL dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah +90º tepat ke arah inferior. Dengan demikian bagian inferior jtg selain sadapan II, III, juga oleh sadapan aVF.
Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara RA yg dibuat bermuatan (+) dengan LA dan LF dibuat indifferent.

SADAPAN PRE KORDIAL
Sadapan V1 ruang interkostal IV garis sternal kanan.
Sadapan V2 ruang interkostal IV garis sternal kiri.
Sadapan V3 pertengahan antara V2 dan V4
Sadapan V4 ruang interkostal V garis midklavikula kiri.
Sadapan V5 sejajar V4 garis aksila depan
Sadapan V6 sejajar denganV4 mid aksila kiri.
Selanjutnya untuk bagian posterior (V7- V9)
V7 ruang interkostal V garis aksila posterior kiri.
V8 ruang interkostal V garis skapula posterior kiri.
V9 ruang interkostal V samping kiri tulang belakang.

PENAMAAN GELOMBANG, INTERVAL, DAN SEGMEN PADA EKG
P wave depolarisasi atrium normalnya 0,12 detik. Defleksi Negatip di sadapan aVR dan sadapan V1 negatip jika adanya hipertropi
Kompleks QRS terjadi diantara dua ventrikel karena danya Depolarisasi. Lebarnya 0,06 – 0,12 detik.
Q Wave lebarnya 0,04 dalam kurang dari 45% atau 1/3 tinggi R.
R wave, semua positip kecuali di aVR kadang di V1 dan V2 kecil atai tidak ada tetapi hal ini masih normal.
S wave defleksi negatif setelah R,, secara normal berangsur hilang hal ini normal,pada sadapan V1 – V6. sering terlihat dalam di V1 dan aVR.
T wave merupakan repolarisasi dari ventrikel, T tingginya 5 mm dan 10 mm pada sadapan prekordial. Bisa positip, negatif atau bifasik.
U wave adalah refolarisasi dari serabut purkinje tinggi < 1,5 mm.
Interval PR diukur dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS. Normalnya 0,12 – 0,20 det.
Interval QT merupakan aktivitas total ventrikel depolarisasi sampai repolarisasi ventrikel , diukur dari komplek QRS hingga akhir T. Rata2 kurang dari 0,38 detik kadang tergantung dari frekwensi jantung.
Segmen ST adalah garis horizontal setelah akhir QRS , ST yang naik dinamakan elevasi ( suatu infark) dan yg turun dinamakan depresi (iskemik).

MENENTUKAN AKSIS.
Gunakan sadapan I dan aVF.
Sumbu jantung ditentukan dengan defleksi positip dan negatif kompleks QRS aksis normal antara – 30º sd +110º. I sebagai sumbu X dan aVF sebagai sumbu Y.
Beberapa pedoman tuk tentukan aksis
jika I dan aVF positp aksis normal.
jika I positip dan avf negatip dan lihat sadapan II positip aksis normal. Tetapi bila
negatip aksisnya ke kiri. Antara sudut – 30º sd – 90º .
Bila I negatif dan aVF positif maka aksis ke kanan pada sudut +110 sd +180
Bila hasil resultan sadapan I negatif dan aVF negatif maka deviasi aksis kanan atas.